Ingat bahwa seperempat hati saya tertinggal di Macau? Yang sampai sekarang belum saya ambil-ambil juga. :) Dan sekarang, seperempat hati lainnya tertinggal di Melaka.
Melaka, kota kecil yang saya tempuh dengan dua jam perjalanan bus membuat saya terperangah. This is a photogenic lil heaven. Kotanya benar-benar kecil kami berjalan kaki kemana-mana. Pusat wisata budaya tersentralisasi di Dutch Square dengan gedung-gedungnya yang berwarna merah marun. Pusat kuliner, belanja, dan hiburan tersentralisasi di sebuah jalan panjang penuh dengan toko-toko di kiri dan kanan jalan di Jonker Street.
Ketika kami sampai hostel, belum masuk kamar, uncle mengeluarkan sebuah peta fotokopi dan menghighlight tempat-tempat yang menurut beliau wajib kami kunjungi serta beberapa tempat makan yang patut direkomendasi. Saya langsung semangat!!
Banyak gereja, and you know how I'm crazy about church, right? Give me a lil city with many churches and I'm in heaven. Hehehe. *lebay* Di Melaka juga ada beberapa gereja tapi kalau dilihat bagian dalamnya, interior gereja-gereja di Melaka jauh di bawah interior gereja-gereja di Macau sih. :p Saya tidak masuk ke gereja-gereja tersebut karena, first of all, cuaca sangat panas dan saya pakai celana pendek dan ternyata gereja-gereja di Melaka ini cukup ketat karena tidak membolehkan orang bercelana pendek masuk. Hehehe. Akhirnya saya melihat ke dalam Christ Church dari luar saja, biasa banget. Tidak menimbulkan perasaan 'hooooh..huhuhu' di dalam diri saya. Hehehe.
Ruins of St. Paul sudah pasti justru yang membuat saya merinding ingin meringkuk dan berdoa. Tapi tidak, tidak saya lakukan karena kan ini reruntuhan juga gitu, dalamnya juga sudah jadi makam. Saya jadi berpikir dan mau nanya ke romo, kenapa semua reruntuhan itu adalah gereja dengan St. Paul sebagai pelindungnya ya? Hehehe. Yang di Macau juga kan Ruins of St. Paul. What's wrong with St. Pauuuulll?? *berdoa moga-moga ga dikeplak romo nanti pas nanya*. Hehehe.
St. Francis Xavier Church sudah berbentuk seperti gereja modern. Saya juga tidak masuk karena kan masih pake celana pendek yang sama. Hahaha. *cengengesan*
Porta de Santiago (oke, ini emang bukan gereja deh..hihihi), turns out to be JUST a lil fort. Benteng yang kecil sekali tapi bertengger manis dengan rumput hijau dan bunga berwarna-warni di belakangnya. Saat saya mengarahkan kamera ke awan di atasnya, saya terperangah lagi, gee, photogenic sekali. Perpaduan antara batu-batu dengan birunya langit, putihnya awan, dan bias matahari itu teeheehee, cantik.
Jadi kalau wisata rohani, saya jauh lebih menyukai Macau. Tapi jangan sedih, Melaka menawarkan lebih dari sekedar gereja. Ini adalah kota kecil dengan keramahan dan keaslian penduduknya. Kota kecil yang tidak terlalu penuh, masih nyaman untuk berjalan-jalan, dan beritme santai tapi tetap berdetam hidup.
Melaka is a photogenic lil heaven.. :) Let's see how I live with a half heart only. And let's see how long will I bear not to take my quarter here in Melaka. This city is just a baby to me. :)
Senyum dulu ah.. :)
Melaka, kota kecil yang saya tempuh dengan dua jam perjalanan bus membuat saya terperangah. This is a photogenic lil heaven. Kotanya benar-benar kecil kami berjalan kaki kemana-mana. Pusat wisata budaya tersentralisasi di Dutch Square dengan gedung-gedungnya yang berwarna merah marun. Pusat kuliner, belanja, dan hiburan tersentralisasi di sebuah jalan panjang penuh dengan toko-toko di kiri dan kanan jalan di Jonker Street.
Ketika kami sampai hostel, belum masuk kamar, uncle mengeluarkan sebuah peta fotokopi dan menghighlight tempat-tempat yang menurut beliau wajib kami kunjungi serta beberapa tempat makan yang patut direkomendasi. Saya langsung semangat!!
Banyak gereja, and you know how I'm crazy about church, right? Give me a lil city with many churches and I'm in heaven. Hehehe. *lebay* Di Melaka juga ada beberapa gereja tapi kalau dilihat bagian dalamnya, interior gereja-gereja di Melaka jauh di bawah interior gereja-gereja di Macau sih. :p Saya tidak masuk ke gereja-gereja tersebut karena, first of all, cuaca sangat panas dan saya pakai celana pendek dan ternyata gereja-gereja di Melaka ini cukup ketat karena tidak membolehkan orang bercelana pendek masuk. Hehehe. Akhirnya saya melihat ke dalam Christ Church dari luar saja, biasa banget. Tidak menimbulkan perasaan 'hooooh..huhuhu' di dalam diri saya. Hehehe.
Ruins of St. Paul sudah pasti justru yang membuat saya merinding ingin meringkuk dan berdoa. Tapi tidak, tidak saya lakukan karena kan ini reruntuhan juga gitu, dalamnya juga sudah jadi makam. Saya jadi berpikir dan mau nanya ke romo, kenapa semua reruntuhan itu adalah gereja dengan St. Paul sebagai pelindungnya ya? Hehehe. Yang di Macau juga kan Ruins of St. Paul. What's wrong with St. Pauuuulll?? *berdoa moga-moga ga dikeplak romo nanti pas nanya*. Hehehe.
St. Francis Xavier Church sudah berbentuk seperti gereja modern. Saya juga tidak masuk karena kan masih pake celana pendek yang sama. Hahaha. *cengengesan*
Porta de Santiago (oke, ini emang bukan gereja deh..hihihi), turns out to be JUST a lil fort. Benteng yang kecil sekali tapi bertengger manis dengan rumput hijau dan bunga berwarna-warni di belakangnya. Saat saya mengarahkan kamera ke awan di atasnya, saya terperangah lagi, gee, photogenic sekali. Perpaduan antara batu-batu dengan birunya langit, putihnya awan, dan bias matahari itu teeheehee, cantik.
Jadi kalau wisata rohani, saya jauh lebih menyukai Macau. Tapi jangan sedih, Melaka menawarkan lebih dari sekedar gereja. Ini adalah kota kecil dengan keramahan dan keaslian penduduknya. Kota kecil yang tidak terlalu penuh, masih nyaman untuk berjalan-jalan, dan beritme santai tapi tetap berdetam hidup.
Melaka is a photogenic lil heaven.. :) Let's see how I live with a half heart only. And let's see how long will I bear not to take my quarter here in Melaka. This city is just a baby to me. :)
Senyum dulu ah.. :)
No comments:
Post a Comment