Ada beberapa saat dalam perjalanan yang saya lakukan yang membuat saya bersyukur saya melakukannya sekarang saat masih berumur 20an (oke, 26 itu 20an kan? Hihihi) dan di sisi lain sedikit menyesal kenapa tidak melakukannya lebih cepat. Saat saat itu adalah ketika saya harus berjalan kaki menanjak dan kemudian merasakan kesusahan. Sampun sepuuuuh. Hahahaha.
Sesudah dari Bromo, kami, masih dengan jeep, menuju ke kawahnya. Jeep parkir di sebuah lapangan besar dan kemudian kami harus berjalan kaki di atas lautan pasir (dan setelahnya naik tangga..jreng!!). Berjalan kaki dengan posisi horizontal biasa sih masih santaaaai. Jalan lama juga saya tahan. Nah lalu jalan mulai menanjak tuuu, saya masih sedikit santai walaupun sudah agak menggeh-menggeh. Dan Philipp ngajak ngobrol terus. Jadi berjalan sambil ngobrol. Menggeh-menggeh makin menjadi. Saya melihat ke arah depan, perjuangan masih panjang Bulaaaan!!! Ayo semangaaaat!!!!
"Mbak kuda mbak, 20ribu saja tinggal lanjut naik tangga."
Oke saya naik kuda aja.
Hahahaha..
Kudanya, Blacky, adalah pejantan tangguh yang pemalu. Sabaaar banget gendong saya yang berat (nya naik 2kg selama di Jogja - diucapkan dengan cepat). :))
Blacky cuma bisa antar saya sampai di ujung parkiran kuda. Setelahnya sudah tidak bisa dimasuki kuda karena tanahnya sakral - kata Pak Subur, sang empunya Blacky. Maka saya harus berjalan kaki kemudian menaiki tangga.
Sebelum menaiki tangga, saya melihat ke atas. Oke, I did not drink vodka in the morning so it should be just fine (remember Batu Cave, Malaysia?? :)) ). Hap, naik satu dua tiga empat lima enam tujuh - huh huh - delapan sembilan sepuluh sebelas - huh huh - duabelas tigabelas empatbelas limabelas enambelas - huh huh - tujuhbelas delapanbelas sembilanbelas duapul - oke mari istirahat dulu. Hahaha. Menggeh menggeh makjaaaaan. Sampun sepuuuuh. Pijakannya tinggi-tinggi jadi saya yang kecil ini *uhuk*, perlu tenaga ekstra menaikinya. Istirahat beberapa detik kemudian lanjut lagi. Ga usah dijelaskan ya berapa lama akhirnya saya bisa mencapai kawah Bromo. Ntar makin keliatan sampun sepuhnya. Hahaha.
Sampai di atas, oooooh ini toh Kawah Bromo - sambil melihat ke bawah, kawah dengan asap keluar dari tengahnya. Pijakan di atas untuk mengelilingi kawah cuma selebar 1.5-2 meter, saya ndhredeg jalannya. Haha. Ahirnya pegangan sama Philipp. Takuuuut. Itu gada pembatasnya looooh. Gilole deh. Jadi kalau salah langkah dan merosot ya udah dada bye bye aja. Di beberapa bagian, tersisa pembatas yang sudah rusak, itu pun pembatasnya bersenjang besar jadi ketika melorot, badan orang gendut pun masih bisa lolos dari pembatas itu . Hihihi.
Kami ngga lama di kawah itu, nah sekarang turun tangga. It should be easier, no?
NO!!!
Tangganya itu dengan kemiringan lebihkurang 45derajat dan di beberapa pijakannya tertutup pasir tebal. Beberapa pijakan malah sudah hilang sama sekali, cuma ada pasir saja. Nah orang itu kan semakin tua semakin takut melangkah ya, itulah yang saya rasakan. Saya takut saat saya salah ambil pijakan nanti melorot pasirnya. Slippery. Jadilah saya pelan-pelan. Kayak nenek-nenek gitu deh. Hahaha.
Saking lamanya saya turun, sampai bawah sudah ditunggu Philipp, Mike, dan Yuki yang kemudian teriak-teriak "Yeaaaah, yeaaaah, you did it Indiiii!! Yeaaah!! Woohoo!!"
Jreng, athu mayuuu... *tersapu-sapu*
Nah balik ke parkiran jeep sebenarnya saya pengennya jalan, ga naik kuda. Cuma karena tadi Pak Subur ga ada kembalian, jadilah saya sama Blacky lagi turunnya. Dan naik Blacky untuk turun gunung itu lebih susah daripada naik gunung, karena badan dan kaki harus menahan tarikan gravitasi. *dadah-dadah ala Miss Universe dari atas Blacky*
Sampai di ujung, kasi uang ke Pak Subur, menunggu Mike Philipp dan Yuki sampai, lalu naik jeep, balik lagi ke penginapan.
"It's definitely the highlight of my trip!!" kata Yuki. Dan kami semua menyetujuinya. Keindahan Bromo, kesegaran udaranya, pengalaman barunya, pertemanannya, cerita-cerita kecil yang membuat tawa. Bromo has surely be the highlight of my trip also. Ah jadi mellow. Hihihi. I'm missing them now. :')
Senyum dulu ah.. :)
Sesudah dari Bromo, kami, masih dengan jeep, menuju ke kawahnya. Jeep parkir di sebuah lapangan besar dan kemudian kami harus berjalan kaki di atas lautan pasir (dan setelahnya naik tangga..jreng!!). Berjalan kaki dengan posisi horizontal biasa sih masih santaaaai. Jalan lama juga saya tahan. Nah lalu jalan mulai menanjak tuuu, saya masih sedikit santai walaupun sudah agak menggeh-menggeh. Dan Philipp ngajak ngobrol terus. Jadi berjalan sambil ngobrol. Menggeh-menggeh makin menjadi. Saya melihat ke arah depan, perjuangan masih panjang Bulaaaan!!! Ayo semangaaaat!!!!
"Mbak kuda mbak, 20ribu saja tinggal lanjut naik tangga."
Oke saya naik kuda aja.
Hahahaha..
Kudanya, Blacky, adalah pejantan tangguh yang pemalu. Sabaaar banget gendong saya yang berat (nya naik 2kg selama di Jogja - diucapkan dengan cepat). :))
Blacky cuma bisa antar saya sampai di ujung parkiran kuda. Setelahnya sudah tidak bisa dimasuki kuda karena tanahnya sakral - kata Pak Subur, sang empunya Blacky. Maka saya harus berjalan kaki kemudian menaiki tangga.
Sebelum menaiki tangga, saya melihat ke atas. Oke, I did not drink vodka in the morning so it should be just fine (remember Batu Cave, Malaysia?? :)) ). Hap, naik satu dua tiga empat lima enam tujuh - huh huh - delapan sembilan sepuluh sebelas - huh huh - duabelas tigabelas empatbelas limabelas enambelas - huh huh - tujuhbelas delapanbelas sembilanbelas duapul - oke mari istirahat dulu. Hahaha. Menggeh menggeh makjaaaaan. Sampun sepuuuuh. Pijakannya tinggi-tinggi jadi saya yang kecil ini *uhuk*, perlu tenaga ekstra menaikinya. Istirahat beberapa detik kemudian lanjut lagi. Ga usah dijelaskan ya berapa lama akhirnya saya bisa mencapai kawah Bromo. Ntar makin keliatan sampun sepuhnya. Hahaha.
Sampai di atas, oooooh ini toh Kawah Bromo - sambil melihat ke bawah, kawah dengan asap keluar dari tengahnya. Pijakan di atas untuk mengelilingi kawah cuma selebar 1.5-2 meter, saya ndhredeg jalannya. Haha. Ahirnya pegangan sama Philipp. Takuuuut. Itu gada pembatasnya looooh. Gilole deh. Jadi kalau salah langkah dan merosot ya udah dada bye bye aja. Di beberapa bagian, tersisa pembatas yang sudah rusak, itu pun pembatasnya bersenjang besar jadi ketika melorot, badan orang gendut pun masih bisa lolos dari pembatas itu . Hihihi.
Kami ngga lama di kawah itu, nah sekarang turun tangga. It should be easier, no?
NO!!!
Tangganya itu dengan kemiringan lebihkurang 45derajat dan di beberapa pijakannya tertutup pasir tebal. Beberapa pijakan malah sudah hilang sama sekali, cuma ada pasir saja. Nah orang itu kan semakin tua semakin takut melangkah ya, itulah yang saya rasakan. Saya takut saat saya salah ambil pijakan nanti melorot pasirnya. Slippery. Jadilah saya pelan-pelan. Kayak nenek-nenek gitu deh. Hahaha.
Saking lamanya saya turun, sampai bawah sudah ditunggu Philipp, Mike, dan Yuki yang kemudian teriak-teriak "Yeaaaah, yeaaaah, you did it Indiiii!! Yeaaah!! Woohoo!!"
Jreng, athu mayuuu... *tersapu-sapu*
Nah balik ke parkiran jeep sebenarnya saya pengennya jalan, ga naik kuda. Cuma karena tadi Pak Subur ga ada kembalian, jadilah saya sama Blacky lagi turunnya. Dan naik Blacky untuk turun gunung itu lebih susah daripada naik gunung, karena badan dan kaki harus menahan tarikan gravitasi. *dadah-dadah ala Miss Universe dari atas Blacky*
Sampai di ujung, kasi uang ke Pak Subur, menunggu Mike Philipp dan Yuki sampai, lalu naik jeep, balik lagi ke penginapan.
"It's definitely the highlight of my trip!!" kata Yuki. Dan kami semua menyetujuinya. Keindahan Bromo, kesegaran udaranya, pengalaman barunya, pertemanannya, cerita-cerita kecil yang membuat tawa. Bromo has surely be the highlight of my trip also. Ah jadi mellow. Hihihi. I'm missing them now. :')
Senyum dulu ah.. :)
Mbak Buyaaann....
ReplyDeleteitu Philipp sama Mike gantengan yang mana?
mau dong satu
#eh
#salahfokus
ahahahahahaha
Hahaha...
Delete