This post was made as a daily journal for Nescafe Indonesia.
Thank you fro the journey Nescafe, proud to be part of Sobat Journey. :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah delay pesawat, transit di Medan, dan perjalanan tak mulus, akhirnya saya tiba di Aceh. Daerah Istimewa Aceh. Yay!! *jogetjogetbahagia*
Bagi saya, Aceh menyimpan keluguan, keanggunan, dan misteri yang luar biasa. Seperti tak terbuka. Tak ada cerita. Menyimpan rapat keindahan untuk dirinya sendiri. Maka ketika saya akhirnya menjadi pemenang #NescafeJourney dan berhak untuk jalan-jalan bersama aspirer saya, Imam Darto, kebahagiaan menyeruak karena saya akhirnya akan menginjakkan kaki di daerah istimewa ini.
Satu hal yang saya kenal dari Aceh, Aceh punya polisi syariah. Menjadi provinsi dengan sebutan 'Serambi Mekah', Aceh ternyata ketat dan lugas dalam menjalankan apa yang ia anggap layak dan benar. Saya sudah bersiap? Oh sudah pasti!! Sampai niat beli kaos lengan panjang!! *walaupun kemungkinan besar, sekembalinya dari Aceh lengannya akan saya potong lagi - heeey, Jakarta panaaas.. :p*
*melongo*
Barusan ada yang bentak saya dan Iffa yang lagi jalan mengitari Masjid Raya Baiturrahman.
"HEY!!" - bentakkan yang sama. Saya dan Iffa berbalik badan. Menghadapi seorang satpam dengan alis nyureng judes.
"Jkrtdjcywosprenfh", satpam itu berbicara dengan cepat, tanpa gerakan mendekati kami. Logat Acehnya kental, saya dan Iffa sama-sama tidak menangkap apapun perkataanya.
"Apa Pak?", saya mendekat.
"Jddiwpybeufnbs", oke, masih ga nangkep nih!!
"Apa Pak?", saya dan Iffa makin mendekat.
Satpam itu masih berbicara sambil menunjuk-nunjuk ke arah saya dan Iffa.
"Ga boleh motret Pak?", tanya saya. Beberapa tempat ibadah memang tidak boleh dipotret, tapi saya orang yang cukup aware dengan peraturan itu - jika ada, tapi tadi saya tidak melihat tanda dilarang memotret.
"TIDAK BOLEH PAKAI CELANA INI MASUK MESJID!!! SAYA SUDAH LIHAT DARITADI, SAYA PIKIR MAU KELUAR, TERNYATA MALAH MEMUTAR!! TIDAK BOLEH!! KELUAR!!"
Saya dan Iffa bengong. Kalau kata anak Twitter, kami sedang dalam masa 'siyok!!'. Kami bertatapan sebentar, kemudian satpam itu membentak lagi, "KELUAR!!". Ayasalaaaam, ini beneran!! Ini bukan sinetron!! Ini beneran terjadi!! Kami diusir dari komplek masjid ini!! *JRENG!! Zoom in zoom out zoom in zoom out*
Saya dan Iffa langsung berbalik, keluar dari area masjid lalu mengambil jalan memutar ke pintu masuk lagi. Iffa shock berat. Saya masih bengong. Hahaha. Jadi beneran kami diusir dari masjid ni? Yampuuuun, apa kata anak cucu kami nanti???
Di pintu masuk, kami bertemu dua anak muda (perempuan) Aceh yang pakai celana lebih ketat dan lebih pendek dari saya dan Iffa. Kami bertanya apa ga boleh masuk masjid? Mereka jawab, "Boleh..". Laaaah, bagaimana iniiii??? *goyang2bahupaksatpam*
What can I get from this experience? Ternyata, informasi (yang memang juga hanya sedikit) yang saya dapat dari internet tentang bagaimana harus berpakaian di Aceh tidak selamanya dapat dipercaya. Berpakaian di Aceh tidak hanya harus tertutup atas bawah, tapi lebih dari itu, tidak ketat, tidak membentuk tubuh, (dan mungkin tidak-tidak lainnya). Paling aman apa? Paling aman rok panjang dengan atasan gombrong plus kerudung. Okesip!! Mari balik Jakarta, ganti bawa dress-dress panjang ajah!! :))))
Terimakasih untuk bentakkan di hari pertamanya ya Aceh. Walaupun dibentak-bentak lagi (oh tapi semoga tidak!!), saya tetap ga sabar menikmati setiap jengkal keindahan yang kau tawarkan!! Ihiy!! Semangaaaat!!!
PS: Saya masih suka ngikik kalau inget Mas Once niruin Iffa yang mimbik-mimbik shock, berdiri di samping pintu masuk sambil make mukenanya. Dan lebih lucu lagi karena Iffa insist ga mau buka mukenanya even saat dia uda selesai solat, karena trauma dibentak tadi.. :( Kasian Iffa.. *pelukkenceng* Saya gimana? Ya kaget aja, tapi trus yaudah, melenggang aja lagi. Hihihi. *peace*
Senyum dulu ah.. :)
No comments:
Post a Comment