Instagram: Ubermoon

Monday, November 3, 2014

[Review] Chez Bon Hostel - Braga, Bandung

Tulisan ini dibuat tanpa paksaan atau sogokan Momogi Coklat. Semua aspek yang ditulis dalam tulisan ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi dan karenanya, sangat subjektif.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pertama kali saya tahu ada hostel buka di Bandung, saya langsung gegap gempita penuh sukacita menyambutnya. Sampai langsung book menginap di sana follow Twitternya. Hihihi. Waktu saya dan Caesar ke Bandung, saya sempat melewati hostel ini tapi karena perjalanan hanya sehari, jadi tidak ada kesempatan menginap. Nah ketika kemarin cari penginapan untuk perjalanan ke Tebing Keraton, pilihan pertama langsung jatuh ke hostel ini. Chez Bon, namanya.

Bukan foto jepretan saya. Ini banner di situs Chez Bon. Saya nggak sempat foto signagenya. Hiks.


Lokasi
Chez Bon (dibaca: shhe bong) berlokasi di Jalan Braga; satu bangunan dengan Kopi Oey. Hostel ini dimiliki oleh Pak Bondan Winarno, pembawa acara wisata kuliner yang terkenal dengan ungkapan maknyusss-nya itu. Dengan lokasi ini, cukup mudah untuk mencapai banyak tempat wisata di dalam kota dan sekitaran Bandung. Ada angkutan juga yang lewat di ujung Jalan Braga jadi untuk yang mau ngangkot di Bandung, tidak perlu kawatir. Untuk yang mau menuju atau dari Stasiun Hall, lokasi ini pun mudah diakses. Bahkan jalan kaki pun bisa. :D

Hal lainnya yang unik, di Jalan Braga ini, sistem parkirnya sudah pakai mesin meter. Sekalian banget jadi mencoba mesin baru nih kalau parkir di sini. Kayak di luar negeri gitu, parkirnya pakai mesin meter. Ihir! Hihihi. Mesin meter ini hanya bisa menerima uang koin Rp1000 atau Rp500 untuk pembayaran. Jadi siapkan uang koin sebelum parkir ya. Untuk satu jam pertama (eh atau dua jam ya?) biaya parkirnya Rp2000. Yang masih menjadi kebingungan saya sampai saat ini adalah, kalau parkirnya lebih dari jam pertama itu, nambahin kekurangan biaya parkirnya bagaimana? Ke mesin atau ke petugas parkir yang ada di sana? Kalau ke mesin, bagaimana caranya? Kalau ke petugas parkir, lah sama saja dong ya? :|

Yang laki itu Ujang, warga Bandung, tapi belum pernah pakai mesin parkir jadi maafin saja mukanya terlihat norak begitu..

Kebersihan/Fasilitas
Ada tiga tipe kamar di Chez Bon: small room yang berisi 2 tempat tidur, medium room yang berisi 6 tempat tidur, dan large room yang berisi 16 tempat tidur.

Kenapa hitungannya 'tempat tidur'? Karena Chez Bon menawarkan kamar asrama (dormitory), jenis kamar yang lagi trend sekarang! Jenis kamar kesukaan saya! Hihihi. Untuk small room, saya baru menemukan sekali nih ada kamar asrama hanya berisi dua tempat tidur yang berarti terhitung private room, tapi tempat tidurnya tetap berbentuk susun (bunkbed). Hihihi.

Untuk Large Room, ada asrama yang khusus perempuan, khusus laki-laki, atau campur. Kemarin kami menginap di Medium Room. Baiknya Chez Bon, kamar yang sedianya untuk enam penghuni ini diberikan khusus ke kami yang hanya berjumlah empat orang dan tidak digabung dengan tamu lain lagi. Jadi kamarnya private! Hore! *peluk-peluk mbak dan mas Chez Bon*

Medium Room

Kamarnya bersih dan tersedia loker untuk masing-masing tempat tidur. Kamar mandi ada di luar (kecuali Large Room) dan berbagi pakai dengan tamu kamar lainnya. 

Di Chez Bon ini, harga kamar sudah termasuk makan pagi. Sayangnya, saat itu kami berangkat pagi sekali jadi tidak sempat mencoba makan di hostel. Padahal tempat makannya di rooftop lho. Dengar-dengar, menyenangkan sekali kumpul-kumpul dan berkenalan dengan tamu lainnya di rooftop itu. :D Akses WiFi juga didapat gratis dan cukup mumpuni.

Keamanan
Aman kok. Masing-masing loker punya kunci sendiri-sendiri jadi kalau akan meninggalkan barang berharga, bisa dimasukkan ke dalam loker. Masing-masing penghuni juga punya kunci kamar jadi kamar bisa ditinggalkan dalam keadaan terkunci saat jalan-jalan.

Kakatete sempat ketinggalan kacamata dan setelah drama kami mencari itu kacamata ke mana-mana sampai naik turun tempat tidur, bolak balik bantal, buka tutup loker, dan bongkar isi tas, ternyata kacamata itu tertinggal di kamar mandi dan sudah disimpankan oleh mas-mas staff hostel. Hihihi.

Staff
Ramah dan sopan banget!

Saya senang dengan perlakuan staff Chez Bon dari mulai saya menelpon untuk bertanya-tanya sebelum memesan. Semua pertanyaan dijawab dan dijelaskan dengan baik, ramah, dan tidak terburu-buru. Setelah itu saya menelpon lagi untuk memesan kamar; diterima oleh staff yang berbeda, sama ramahnya. Lalu komunikasi beralih dari via telepon jadi via surel dan tetap dibantu dan dijawab dengan ramah. Bahkan saat saya mau mengubah pemesanan karena Chocky tidak bisa jadi ikut pun staff mengakomodir dengan baik sekali.

Pas datang pun diterima dengan baik dan ramah. Senang lah! :D

Minusnya
Keadaan kamar mandi tidak bisa dibilang prima. Buruk sih tidak, tapi juga tidak bersih sekali. Ada empat washtub di kamar mandi yang sayangnya saat kami datang, dua rusak, tidak dapat dipakai. Air panas menyala dengan cukup baik tapi tidak bisa terlalu panas walaupun sudah coba diatur. Selain itu, pintu kamar agak susah dibuka. Dari kami berempat, yang bisa buka masa hanya Mbak Endah? Saya dan kakatete mencoba berkali-kali nggak bisa. Mungkin kami kurang beriman. Hiks. :(

Sampai kami pulang, kami tidak bisa menemukan remote AC di kamar. Hahaha. Jadi sudah pasrah saja sama pengaturan AC dari staff hostelnya. Agak sedih sih karena jadinya saat kami jalan-jalan, AC tidak dimatikan. Hiks. Maaf ya bumi. Ini salah mas-mas hostelnya! Dia tidak meninggalkan remote AC untuk kami kendalikan! SALAH DIA!! *buang badan*

Kamar mandi di lantai dua..

Akhirnya..
Kamu rekomendasiin nggak, Lan?
Rekomendasiin! Lokasinya oke, fasilitas oke, staff ramah, harga bersahabat, dapat makan pagi dan koneksi WiFi gratis pula. This traveler is happy. :D

Senyum dulu ah.. :)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Chez Bon Hostel
Jalan Braga No 45
Bandung
022 - 4260600

Saturday, November 1, 2014

[Review Blog]: Tentang Kak Kembara..

Post ini adalah Post Barengan (PostBar) Travel Bloggers Indonesia dalam rangka Hari Blogger 27 Oktober 2014 di mana kami akan saling mengulas blog sesama teman Travel Blogger. :)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pertama kali saya berkenalan dengan kakak yang satu ini adalah ketika saya bergabung di grup Whatsapp Travel Bloggers Indonesia. Kala itu, ada satu laki-laki dengan nama 'Tekno Bolang' yang membagi beberapa foto perjalanannya. Komentar pertama yang muncul di pikiran saya: Ini siapa sih share foto terus??

Hahaha..

Ketika kemudian nama yang sama mempromosikan sebuah video, saya pun penasaran dan menontonnya. Kemudian kaget. Dari video Kembara hasil jalan-jalan sang Tekno Bolang selama tiga bulan di Indonesia Timur itu, saya baru terperangah. Lah, jadi yang kemarin bagi-bagi foto selfienya itu Lostpacker? :))

Saya ingat nama Lostpacker karena saya pernah membaca beberapa post di dalam blognya waktu dulu saya mau ke Makassar. Satu pesona yang menarik saya masuk adalah berbagai foto yang luar biasa cantik dan jernih di post-postnya tentang Tanjung Bira. Melihat deretan foto-fotonya saja saya langsung jatuh cinta. Bagaimana tidak? Langit biru syahdu berpadu semburat jingga matahari terbenam. Langsung ingin melangsungkan pernikahan saat itu juga di pinggir pantai kan! *bikin siluet pose melenting sambil ciuman*



Di post lainnya, fotonya hasil jepretan Kak Bolang memperlihatkan hijau beningnya air di Tanjung Bira. Saya suka melihatnya. Seperti ingin berteriak, "Kak, ceburi aku ke situ kak! Ceburi aku!" Fufufufu. Emosi setiap fotonya berbeda-beda. Dari syahdu romantis ke ceria. Dari beraura bijaksana ke adegan penuh tawa. Dari bergaya dokumenter hingga candid ala-ala. Suka!

Sebagai model ibukota, melihat foto indah yang bercerita adalah kebahagiaan yang ultima. *pose kayang menggelinjang*



Dari post tentang Tanjung Bira itu, saya pun jadi baca-baca post lainnya. Tulisannya pendek-pendek dan umumnya berisi perenungan penulis. Kekuatan blog ini memang sepertinya lebih pada foto-foto yang ditampilkan karena semua fotonya menggugah hati; membuat saya jadi ingin ikut mengunjungi tujuan-tujuan yang dituliskan.

Pendeknya tulisan membuat nyaman saat dibaca. Tidak terlalu melelahkan (jujur, saya lelah lho baca blogpost yang panjang-panjang..lama gitu bacanya..cukup hubungan aja yang lama, baca blogpost jangan! *SIKAP*) namun cakap menangkap perasaan penulis saat berkunjung ke tempat tersebut. Dari tulisan-tulisannya, Kak Bolang (dari lama pengen manggil dia Kak Bolskie tapi entah kenapa belum berani! Hahaha) terbaca sebagai lelaki ramah yang hangat. Apakah memang seperti itu aslinya?

Saat menghadiri acara Skyscanner beberapa waktu lalu, tanpa sengaja saya bertemu Kak Bolang di elevator dan kemudian kami satu kelompok saat acara membuat mading. Dari awal bertemu, ia memang hangat dan senang mengobrol. Mengobrol kesana kemari eh ternyata orangnya agak (sedikit) ancur juga. Di tengah acara, saat para narasumber baru selesai berfoto bersama, tahu-tahu ia maju ke panggung sambil membawa GoPro-nya dan kemudian wefie saja dong. Narasumbernya kelihatan sedikit kaget tapi lalu ikutan pose. Huahahahaha.



Kalau mau baca blogpost yang tidak membosankan dan lebih menangkap rasa dan pengalaman sang penulis, Lostpacker sangat saya anjurkan. Dua hal yang agak mengganggu buat saya hanya tampilan lebar penampang blog yang terlalu kecil dan ukuran tulisan yang super mini. Sayang gitu ada banyak ruang putih tersisa tak dipakai di kanan kirinya dan PR gitu kalau mau membaca di ponsel pintar saya. Hihihi.

Jadi ayo sekarang yang baca blogpost ini, coba deh berkunjung ke Lostpacker dan beritahu saya, apa pendapatmu tentangnya? Ihiy..

Senyum dulu ah.. :)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca ulasan blog lainnya:

Andre Handoyo untuk Olive's Journey
Atrasina Adlina untuk DiscoverYourIndonesia
Danan Wahyu untuk Tindak Tanduk Arsitek
Fahmi Anhar untuk Danan Wahyu
Felicia Lesama untuk Tentang Titi
Firsta untuk The Uber Journey
Indra Setiawan untuk Jalan-jalan Bersama AndreHandoyo.com
Indri Juwono untuk Adlienerz.com
Matius Teguh Nugroho untuk The LostTraveler
Olive Bendon untuk Catperku
Parahita Satiti untuk Konservasi Felicia
Rijal Fahmi untuk WiraNurmansyah.com
Tekno Bolang untuk The TraveLearn
Titiw Akmar untuk FahmiAnhar.com
Wira Nurmansyah untuk Backpacker Borneo
Yofangga untuk Andare!

Tuesday, October 28, 2014

Menikmati Bisingnya Jalanan India

Banyak teman saya dari luar Indonesia (ya bule lah gitu) yang mengatakan betapa pusingnya mereka dengan lalu lintas di Indonesia, khususnya Jakarta. Bahkan Costa pernah berujar, "You're totally fucked up when you're sick in Jakarta." dan ketika saya bertanya kenapa, dia melanjutkan, "With all this traffic, it will take more than 30 min to get to the nearest hospital!" dan saya hanya tertawa menanggapinya.

Tertawa sambil berpikir, eh memang segitu parahnya lalu lintas Jakarta ya?
Hihihi.

Mungkin karena saya lahir dan besar di Jakarta jadi saya sudah terbiasa dengan keadaan lalu lintas ini. Mungkin juga karena sejak beberapa tahun lalu saya memilih efisiensi di atas udara bersih dan tinggal di kos/apartemen yang hanya berjarak 10 - 30 menit ke kantor, jadi saya tidak terlalu terpapar kemacetan jalanan ibukota. Mungkin karena saya lebih pilih pulang malam sekali kalau selesai kerja di jam sibuk jadi saya nggak kena macet. Atau mungkin karena kalau Jakarta lagi banjir, saya lebih pilih menginap di kantor kerja dari rumah atau ngabur ke kota lainnya. (Maklum, orang kaya). Mungkin saja.

Beberapa kali justru saya merasa, kalau jalanan Jakarta sedang kosong, pasti ada yang tidak beres di depan sana. Justru mencurigakan. Apa ada demo? Apa ada kerusuhan? Apa ada jalan putus? Apa .... hubungan kita harus diakhiri hanya sampai sini, Mas?

Tapi tentu kali pertama mendengar orang (luar Jakarta) mengeluh tentang lalu lintas ibukota, saya tidak akan mengeluarkan segala kemungkinan di atas tadi. Selain berpikir, "Ih ini orang apaan sih? Ngeluh aja kerjanya.", pikiran yang selanjutnya hadir justru membawa saya ke India dan mengatakan:

Have you ever been to India? I believe you haven't! Because otherwise, you'll feel Jakarta's traffic is less challenging!

Hihihi. Protektif gitu anaknya sama jalanan Jakarta. :p

Tapi sungguh, lalu lintas India itu luar biasa sekali. Tidak pernah ada keadaan hening! Tidak pernah ada satu menit tanpa suara klakson! Dan tidak pernah ada jalan sepi tanpa sapi. Hihihi.

Kali pertama saya mendarat di Kolkata dan naik taksi menuju Howrah Station, saya terpukau dengan keramaian yang tiada habisnya. Mulai dari suara mesin mobil yang menderu ditingkahi suara orang-orang di sekitar yang setengah berteriak saat berbicara dan suara klakson yang tidak pernah absen menyapa; jalanan Kolkata menjadi sangat HIP!

Sudah begitu, seperti di film India yang sering kita tonton [(((KITA)))], hampir semua orang India menggoyang-goyangkan kepalanya saat berbicara. Itu menambah HIP-nya keadaan. Saya jadi ingin ikut bergoyang. *paragraf ini hanya alasan untuk saya bisa menaruh GIF di bawah ini..jadi ingin ikut goyang nggak sih? Hihihi..*

Acha acha...

Saya tersenyum di balik jendela taksi yang kotor, melihat sekeliling dengan perasaan membuncah. Jalanan Jakarta tidak ada apa-apanya dibanding jalanan Kolkata ini. 

Di Varanasi lebih ramai lagi. Saya tertawa-tawa di dalam tuktuk yang menjemput dari stasiun dan mengantar ke penginapan saat supir mengendarai dengan sangat sigap berpindah jalur kanan kiri kanan kiri. Ritmenya adalah injak gas, ambil jalur kanan, potong jalur kiri, klakson, rem, tunggu mobil depan lewat, gas pol lagi, kanan, rem sedikit, gas lagi, salip kiri, klakson, klakson, klakson, rem mendadak, hiyak ada sapi lewat, berdoa. Terus begitu selama lebih kurang satu jam. Belum lagi saat menyalip, jarak tuktuk dengan kendaraan di sebelah hanya 5cm! Saya melihat ke dalam kendaraan lain sambil meringis ngilu, kalau-kalau badan kendaraan itu terserempet tuktuk yang saya tumpangi ini. Atau sebaliknya, kendaraan lain menyerempet tuktuk yang saya naiki. Hiks. Ngejelengkrak manja di pingir jalan. :'(


Ini lagi jalan becaknya. Lihat jarak rodanya. Lagi jalan saja sedekat itu. :D

Juman, supir saya di New Delhi pernah berujar, perlu empat 'good' untuk bisa menyetir di India.

Good horn
Good eyes
Good brake dan....
Good LUCK!

Which of course, I agree. 

Selama saya berada di dalam mobil, kaki saya tak berhenti menendang-nendang rem ilusi yang saya bayangkan. Hihihi. Bagaimana tidak? Mobil bisa berjalan sangat cepat, tidak mengurangi sedikit pun kecepatannya hingga mepet sekali dengan mobil depan baru rem diinjak maksimal dan sebelum mobil berhenti total, setir diarahkan ke kanan atau kiri. Jadi mobil menyalip mobil lain di depan dalam keadaan melayang. Warbiyasak!! Stress-stress senang! Hihihi.

Dengan keramaian seperti itu maka pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana kalau berjalan kaki?

Wah, seperti yang dikatakan supir tuktuk di Varanasi, urutan di India adalah..

Pejalan kaki kalah dengan pengendara sepeda.
Pengendara sepeda kalah dengan tuktuk/becak.
Tuktuk/becak kalah dengan motor.
Motor kalah dengan mobil.
Mobil kalah dengan bus.
Bus kalah dengan truk.
Dan truk serta kendaraan lain yang lebih besar kalah dengan ................................... SAPI.

Mooooo!!

Yang termaha.. :)
Maka dengan demikian, jalan kaki di India memang sangat menantang. Satu waktu saya jalan di pinggir sebuah pasar di Varanasi dan untuk menyeberang jalan kecil saja butuh kekuatan hati dan kedamaian jiwa yang tinggi. Karena kendaraan jarang sekali mau berhenti kecuali kita lihat si pengendara dengan bengis sambil membawa parang tanda perang!!

Nggak deng..
Harus kita saja yang menyeberang dengan cepat sambil lari kecil lunjak-lunjak gitu. Hihihi.

Dengan keadaan jalanan India yang riweuh begitu apa jalan-jalan jadi tidak nyaman?

Ah masih nyaman saja sih. Sekali lagi mungkin karena saya terbiasa dengan ramainya jalanan ibukota. Yang walaupun tidak seramai jalanan India (dan minus keberadaan sapi) tapi tetap menerpa saya setiap harinya. Dan saya justru jadi banyak bersyukur saat ke India karena ternyata ... ada jalanan yang lebih bising dan lebih ramai dari jalanan Jakarta. Hihihi.

Selalu ada yang bisa kita syukuri dari setiap perjalanan kan. Kebisingan jalanan di India sangat bisa dinikmati kok. Kapan lagi telinga kita 'dimanjakan' sebegitu banyak bunyi-bunyian?

Only in India. :)

Senyum dulu ah.. :)

*Video Youtube tentang jalanan di Varanasi, India. Waktu saya di sana, jalanannya lebih penuh dari ini sih, but you get the idea. Hihihi.